Penerapan
Teori Kognitif Dalam Pembelajaran Informatika
Moh. Jamaludin1 Sitti
Hartinah2
Zambronk.300793@gmail.com,Sittihartinah1@gmail
Abstrak
Informatika adalah bidang ilmu mengenai studi, perancangan, dan pembuatan
sistem komputasi, serta prinsip-prinsip yang menjadi dasar perancangan
tersebut. Komputasi adalah ilmu yang berkaitan dengan pemodelan matematika dan
penggunaan komputer untuk memecahkan masalah-masalah sains. Informatika
mencakup pemodelan dari “komputasi” dan aplikasinya dalam pengembangan sistem
komputer.Teori psikologi kognitif adalah bagian penting dari sains keterampilan
kognitif yang secara signifikan mempengaruhi perkembangan psikologi pendidikan.
Ilmu kognitif adalah sekelompok disiplin ilmu yang terdiri dari: Ilmu Komputer,
Linguistik, Kecerdasan Buatan, Matematika, Epistemologi dan Neuropsikologi.
Pendekatan psikologi kognitif menekankan pentingnya proses mental internal seseorang.
Menurut para ahli kognitif, perilaku manusia yang terlihat tidak dapat diukur
dan dijelaskan tanpa proses mental seperti motivasi, intensionalitas,
keyakinan, dll. Meskipun teori kognitif menentang teori behaviorisme, menurut
psikolog kognitif, aliran behaviorisme tidak lengkap sebagai teori psikologis
karena tidak memperhitungkan proses psikologis yang memiliki kehebatan dalam
bidang kreativitas, seperti berpikir. Untuk memilih dan mengambil keputusan.
Lebih jauh, aliran behaviorisme tidak mau tahu apa-apa tentang dunia
rasa.Hakikat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai aktivitas
Pembelajaran terkait dengan penataan informasi, reorganisasi observasi dan
proses internal. Kegiatan belajar berdasarkan teori belajar kognitif tersebar
luas. Perumusan tujuan pembelajaran tidak lagi bersifat mekanis, seperti halnya
behaviorisme. Kebebasan dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sangat
penting pertimbangan agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswaTeori psikologi
kognitif adalah bagian penting dari sains keterampilan kognitif yang secara
signifikan mempengaruhi perkembangan psikologi pendidikan. Piaget adalah
pelopor konstruktivis. Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun pengetahuan
mereka sendiri dari pengalaman mereka sendiri tentang lingkungan. Menurut
Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan, dan perkembangan kognitif sangat
bergantung pada seberapa banyak anak secara aktif memanipulasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru sebagai pemandu dan buku sebagai
penyampai informasi.
Kata kunci : informatika, kognitif, psikologi, piaget
Latar Belakang
Perkembangan
TIK dalam dunia pendidikan direspon oleh Kementerian Pendidikan Nasional dengan
memasukan kurikulum yang bernuansa pengenalan seluk beluk teknologi informasi
dan komunikasi, terutama pada jenjang pendidikan menengah (sedangkan pada
pendidikan dasar masuk dalam muatan lokal). Pada jenjang pendidikan dasar dan
Menengah, teknologi informasi dan komunikasi menjadi mata pelajaran yang
diwajibkan ada pada setiap sekolah. Mata pelajaran TIK pada dasarnya
dimaksudkan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu mengantisipasi
pesatnya perkembangan. TIK merupakan perangkat teknologi yang membantu ataupun
memudahkan manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya. Dengan demikian,
selain sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari, teknologi informasi dan
komunikasi dapat dimanfaatkan untuk merevitalisasi proses belajar yang pada
akhirnya dapat mengadaptasikan peserta didik dengan lingkungan dan dunia kerja.(Permendikbud, 2014)
Informatika
adalah bidang ilmu mengenai studi, perancangan, dan pembuatan sistem komputasi,
serta prinsip-prinsip yang menjadi dasar perancangan tersebut. Komputasi adalah
ilmu yang berkaitan dengan pemodelan matematika dan penggunaan komputer untuk
memecahkan masalah-masalah sains. Informatika mencakup
pemodelan dari “komputasi” dan aplikasinya dalam pengembangan sistem komputer.(Musthofa, 2021)
Landasan
berpikir untuk belajar informatika dinamakan berpikir komputasional (Computational Thinking). Berpikir
komputasional ini merupakan suatu kerangka dan proses berpikir yang mencakup
perangkat keras, perangkat lunak, dan menalar (reasoning) mengenai sistem dan persoalan. Moda berpikir (thinking mode) ini didukung dan
dilengkapi dengan pengetahuan teoritis dan praktis, serta teknik untuk
menganalisis, memodelkan dan memecahkan persoalan. Siswa yang belajar
informatika akan mendalami bagaimana suatu “sistem komputasional” berfungsi,
baik yang mengandung komputer maupun tidak.
Setelah
melalui perkembangan lebih dari 20 tahun, informatika telah menjadi salah satu
disiplin ilmu yang saat ini sudah berdiri sendiri. IInformatika dapat dipandang
sebagai sebuah cabang ilmu yang tersendiri karena membawa seseorang ke suatu
cara berpikir yang unik (computational
thinking), dan berbeda dari bidang ilmu lainnya. dan
prinsip-prinsip intinya dapat diajarkan tanpa bergantung kepada teknologi
tertentu.
Semula,
informatika hanya diajarkan di tingkat Perguruan Tinggi. Sekarang, di berbagai
negara di dunia, termasuk Indonesia, informatika sudah mulai diajarkan di
tingkat pendidikan dini, dasar dan menengah.
Belajar
merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan
(Hilgrad dan Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007: 13). Belajar juga
merupakan proses berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan
oleh interaksi dengan lingkungannya. Banyak ahli yang mengemukakan teori-teori
dan pandangan-pandangan mengenai proses belajar tersebut. Salah satu aliran
yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di sekolah
adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi
terhadap penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Aliran
kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekadar stimulus atau respon yang
bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu kegiatan belajar juga melibatkan
kegiatan mental di dalam diri individu yang sedang belajar.
Teori
belajar ini terkait dengan wacana kognitif-psikologis yang mendasarinya tentang
fungsi kognitif dalam pembelajaran. Para ahli teori ini mencoba menganalisis Dari
sudut pandang ilmiah, proses mental dan struktur memori atau kognitif untuk
proses belajar. Cognition diartikan sebagai aktivitas mengetahui, memperoleh
pengetahuan, mengorganisasikan, dan menggunakannya. Psikologi
kognitif melihat manusia sebagai makhluk yang terus-menerus mencari dan memilih
informasi untuk diproses. Oleh karena itu, perhatian utama psikologi kognitif
adalah upaya untuk memahami proses individu dalam pencarian, pemilihan,
pengorganisasian, dan penyimpanan informasi. Pembelajaran kognitif terjadi atas
dasar skema atau struktur mental individu yang mengatur hasil pengamatan
mereka. Struktur mental seseorang berkembang sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitifnya. Semakin tinggi perkembangan kognitif, semakin tinggi kemampuan dan
keterampilan untuk menghadapi berbagai hal pengetahuan atau informasi yang
diterimanya dari lingkungan.
Pengetahuan
diciptakan melalui tindakan, sebagian besar melalui perkembangan kognitif tergantung
pada sejauh mana anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru sebagai pemandu dan buku sebagai
penyampai informasi. Perkembangan kognitif sangat ditentukan oleh manipulasi
dan interaksi aktif anak dengan lingkungan, pengetahuan datang melalui
tindakan. Pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting untuk munculnya
perubahan perkembangan. Pada saat yang sama, interaksi sosial dengan teman
sebaya, terutama berdebat dan berdiskusi, dapat membantu memperjelas pemikiran
logis.
Pembahasan
Teori
psikologi kognitif adalah bagian penting dari sains keterampilan kognitif yang
secara signifikan mempengaruhi perkembangan psikologi pendidikan. Ilmu kognitif
adalah sekelompok disiplin ilmu yang terdiri dari: Ilmu Komputer, Linguistik,
Kecerdasan Buatan, Matematika, Epistemologi dan Neuropsikologi. Pendekatan
psikologi kognitif menekankan pentingnya proses mental internal seseorang.
Menurut para ahli kognitif, perilaku manusia yang terlihat tidak dapat diukur
dan dijelaskan tanpa proses mental seperti motivasi, intensionalitas,
keyakinan, dll. Meskipun teori kognitif menentang teori behaviorisme, menurut
psikolog kognitif, aliran behaviorisme tidak lengkap sebagai teori psikologis
karena tidak memperhitungkan proses psikologis yang memiliki kehebatan dalam
bidang kreativitas, seperti berpikir. untuk memilih dan mengambil keputusan.
Lebih jauh, aliran behaviorisme tidak mau tahu apa-apa tentang dunia rasa.
Teori Kognitif Gestalt
Teori
kognitif mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar Gestalt. Rahyubi (2012:
77) menyatakan bahwa peletak dasar teori gestalt adalah Max Werheimer
(1880-1943) yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum
Gestaltis berpendapat bahwa pengalaman itu berstuktur yang terbentuk dalam
suatu keseluruhan. Menurut pandangan Gestaltis, semua kegiatan belajar
menggunakan pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan antara
bagian dan keseluruhan. Intinya, tingkat kejelasan dan keberartian dari apa
yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan kemampuan belajar
seseorang dari pada dengan hukuman dan ganjaran. Aplikasi teori Gestalt dalam
proses pembelajaran antara lain adalah sebagai berikut: (1) Pengalaman tilikan
(insight), bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku; (2)
Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning), kebermaknaan unsur-unsur yang
terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran; (3)
Perilaku bertujuan (pusposive behavior), bahwa perilaku terarah pada tujuan.
Perilaku bukan hanya terjadi akibat hubungan stimulus-respons, tetapi ada
keterkaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai; (4) Prinsip ruang hidup (life
space), bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana
seseorang berada. Oleh karena itu, materi yang diajarkan hendaknya memiliki
keterkaitan dengan situasi dan kondisi lingkungan kehidupan peserta didik; dan
(5) Transfer dalam belajar, yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi
pembelajaran tertentu ke situasi lain. Transfer belajar akan terjadi apabila
peserta didik telah menangkap prinsip-prinsip pokok dari suatu persoalan dan
menemukan generalisasi untuk kemudian digunakan dalam memecahkan masalah dalam
situasi lain. Oleh karena itu, guru hendaknya dapat membantu peserta didik
untuk menguasai prinsip-prinsip pokok dari materi yang diajarkannya.
Teori Belajar Cognitive Field dari
Lewin
Lewin
berpendapat bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antarkekuatan-kekuatan
baik yang dari dalam diri individu (seperti tujuan, kebutuhan, tekanan
kejiwaan) maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan.
Menurut Lewin belajar berlangsung sebagai akibat dari 12 perubahan dalam
struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif tersebut adalah hasil dari dua
macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari
kebutuhan dan motivasi internal individu. Lewin memberikan peranan yang lebih
penting pada motivasi dari pada reward (Dalyono, 2012: 36).
Teori Belajar Cognitive
Developmental dari Piaget
Piaget
adalah seorang psikolog developmental dengan suatu teori komprehensif tentang
perkembangan intelegensi atau proses berpikir. Karena, kemampuan belajar
individu dipengaruhi oleh tahap perkembangan pribadi serta perubahan umur
individu. Menurut Piaget, pertumbuhan kapasitas mental memberikan
kemampuan-kemampuan mental baru yang sebelumnya tidak ada. Pertumbuhan
intelektual adalah tidak kuantitatif melainkan kualitatif (Dalyono, 2012: 37).
Pertumbuhan intelektual anak mengandung tiga aspek yaitu struktur, content, dan
function. Anak yang sedang mengalami perkembangan, struktur, dan konten
intelektualnya berubah/berkembang. Fungsi dan adaptasi akan tersusun sehingga
melahirkan suatu rangkaian perkembangan, masing-masing mempunyai struktur
psikologi khusus yang menentukan kecakapan pikiran anak. Maka, Piaget
mengartikan intelegensi adalah sejumlah struktur psikologis yang ada pada
tingkat perkembangan khusus (Dalyono, 2012: 39). Peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh
interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan dari guru. Guru
hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau
berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal
dari lingkungan.
Jarome Brunner dengan Discovery
Learning
Bruner
berpendapat bahwa mata pelajaran dapat diajarkan secara efektif dalam 13 bentuk
intelektual yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Pada tingkat
permulaan pengajaran hendaknya dapat diberikan melalui cara-cara yang bermakna
dan makin meningkat ke arah abstrak. Pengembangan program pengajaran dilakukan
dengan mengkoordinasikan mode penyajian bahan dengan cara dimana anak dapat
mempelajari bahan tersebut, yang sesuai dengan tingkat kemajuan anak.
Tingkat-tingkat kemajuan anak dari tingkat representasi sensori (enactive) ke
representasi konkret (iconic) dan akhirnya ke tingkat representasi yang abstrak
(symbolic) (Dalyono, 2012: 42).
Pada
dasarnya konsep pembelajaran kognitif disini menuntut adanya prinsipprinsip
utama, yaitu sebagai berikut: (1) Pembelajaran yang aktif, maksudnya adalah
siswa sebagai subyek belajar menjadi faktor yang paling utama. Siswa dituntut
untuk belajar dengan mandiri secara aktif; (2) Prinsip pembelajaran dengan
interaksi sosial untuk menambah khasanah perkembangan kognitif siswa dan
menghindari kognitif yang bersifat egosentris; (3) Belajar dengan menerapkan
apa yang dipelajari agar siswa mempunyai pengalaman dalam mengeksplorasi
kognitifnya lebih dalam. Tidak melulu menggunakan bahasa verbal dalam
berkomunikasi; (4) Adanya guru yang memberikan arahan agar siswa tidak
melakukan banyak kesalahan dalam menggunakan kesempatannya untuk memperoleh
pengetahuan dan pengalaman yang positif; (5) Dalam memberikan materi kepada
siswa diperlukan penstrukturan baik dalam materi yang disampaikan maupun metode
yang digunakan. Karena pengaturan juga sangat berpengaruh pada tingkat
kemampuan pemahaman pada siswa; (6) Pemberian reinforcement yang berupa hadiah
dan hukuman pada siswa. Saat melakukan hal yang tepat harus diberikan hadiah
untuk menguatkan siswa untuk terus berbuat dengan tepat, hadiah tersebut bisa
berupa pujian, dan sebagainya. Dan sebaliknya memberikan hukuman atas kesalahan
yang telah dilakukan agar siswa menyadari dan tidak mengulangi lagi, hukuman
tersebut bisa berupa: teguran, nasehat, dan sebagainya tetapi bukan dalam
hukuman yang berarti kekerasan; (7) Materi yang diberikan akan sangat bermakna
jika saling berkaitan karena dengan begitu seseorang akan lebih terlatih untuk
mengeksplorasi kemampuan kognitifnya; (8) Pembelajaran dilakukan dari
pengenalan umum ke khusus (Ausable) dan sebaliknya dari khusus ke umum atau
dari konkrit ke abstrak (Piaget); (9) Pembelajaran tidak akan berhenti sampai
ditemukan unsur-unsur baru lagi untuk dipelajari, yang diartikan pembelajaran
dengan orientasi ketuntasan; dan (10) Adanya kesamaan konsep atau istilah dalam
suatu konsep bias sangat mengganggu dalam pembelajaran karena itulah penyesuaian
integratif dibutuhkan. Penyesuaian ini diterapkan dengan menyusun materi
sedemikian rupa, sehingga guru dapat menggunakan hierarki-hierarki konseptual
ke atas dan ke bawah selama informasi disajikan.
Aplikasi Teori Kognitif dalam
Kegiatan Pembelajaran Informatika
Hakikat
belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai aktivitas Pembelajaran
terkait dengan penataan informasi, reorganisasi observasi dan proses
internal. Kegiatan belajar berdasarkan teori belajar kognitif tersebar luas.
Perumusan tujuan pembelajaran tidak lagi bersifat mekanis, seperti halnya
behaviorisme. Kebebasan dan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran sangat
penting pertimbangan agar pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Tentang
kinerja pembelajarannya mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) Siswa
bukan sebagai orang dewasa yang muda dalam proses berpikirnya. Siswa mengalami
perkembangan kognitif melalui tahap-tahap tertentu; (2) Anak usia pra sekolah
dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik, terutama jika
menggunakan benda-benda konkrit; (3) Keterlibatan siswa secara aktif dalam
belajar amat dipentingkan, karena hanya dengan mengaktifkan siswa, maka proses
asimilasi dan akomodasi pengetahuan dan pengalaman dapat terjadi dengan baik;
(4) Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengaitkan
pengalaman atau informasi baru dengan struktur kognitif yang telah dimiliki;
(5) Pemahaman dan retensi akan meningkatkan jika materi pelajaran disusun
dengan menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhana ke kompleks; dan
(6) Belajar memahami akan lebih bermakna dari pada belajar menghafal. Agar
bermakna, informasi baru harus disesuaikan dan dihubungkan dengan pengetahuan
yang telah dimiliki oleh siswa. Tugas guru adalah menunjukan hubungan antara
yang sedang dipelajari dengan apa yang telah diketahui siswa.
Kognitif
sangat berperan dalam penerapan praktik dalam pembelajaran Pendidikan Informatika,
dengan memberikan pemahaman (kegunaan fungsi dan apa yang dilakukan ke siswa),
maka akan berpengaruh dalam penerapan dalam pengambilan sikap saat menerapkan
teknik dalam aktivitas pembutan program komputer maupun desain grafis, sehingga
dapat mengoprasikan aplikasi yang berkaitan dengan pembangunan program maupun
seluk beluk dalam bidang informatika.
Kesimpulan
Teori
psikologi kognitif adalah bagian penting dari sains keterampilan kognitif yang
secara signifikan mempengaruhi perkembangan psikologi pendidikan. Piaget adalah
pelopor konstruktivis. Piaget berpendapat bahwa anak-anak membangun pengetahuan
mereka sendiri dari pengalaman mereka sendiri tentang lingkungan. Menurut
Piaget, pengetahuan berasal dari tindakan, dan perkembangan kognitif sangat
bergantung pada seberapa banyak anak secara aktif memanipulasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru sebagai pemandu dan buku sebagai
penyampai informasi.
Pembelajran
Informatika dalam pengertian ini dipaparkan sebagai kegiatan anak didik untuk
meningkatkan keterampilan dalam mengembangkan program komputer berinovasi dan
kreatif.Pembelajaran ini harus dipilih dan disesuaikan dengan tingkat
perkembangan peserta didik. Melalui Pembelajaran Informatika diharapkan peserta
didik akan tumbuh dan berkembang seiring
dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, serta dapat berkembang
kepribadiannya agar lebih harmonis dalam menjalankan kehidupannya sekarang
maupun yang akan datang dalam dunia maya maupun dunia nyata.
DAFTAR PUSTAKA
Dalyono, M. 2012. Psikologi Pendidikan.
Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Rahyubi, H. 2012. Teori-Teori Belajar
dan Aplikasi Pembelajaran Motorik: Deskripsi dan Tinjauan Kritis. Cetakan I.
Syah, M. 2009. Psikologi Pendidikan
dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Musthofa. (2021). Informatika untuk SMA Kelas X. In Pusat
Kurikulum dan Perbukuan.
Permendikbud. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Nomor 36 Tahun 2018 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 59 Tahun 2014. Permendikbud, 1–12.